Memaknai Idul Adha dan Nilai Nasionalisme Peri-kemanusiaan

0
2691

Maka aku tak’an bertanya “warna kulitmu, pangkatmu, golonganmu, sukumu, dan  agamamu. Yang hanya akan ku tanya apakah kau cinta Indonesia, jika kau cinta maka kau adalalah “Saudaraku”.

Selayang pandang untuk mengawali tulisan ini, menjadi hal yang wajib bagi setiap insan manusia untuk saling membantu maupun saling melindungi satu sama lain. Hal ini dapat diwujudkan dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh setiap manusia. Dasar alamiah manusia adalah saling bergantung satu sama lain. Suatu keniscayaan dalam hidup jika setiap manusia memiliki ketergantungan sama lain, hal ini lah yang perlu kita maknai kembali untuk menjadi manusia yang seutuhnya.

Esok Jum’at tanggal 1 September 2017 merupakan hari raya Idul Adha 1438 H yang akan dirayakan oleh umat muslim seluruh dunia termasuk Indonesia. Secara garis besar Idul Adha memilki nilai universal dalam kehidupan umat muslim. Nilai universal ini hadir dalam tatanan kehidupan masyarakat, yang mana masyarakat akan merasakan kestaraan diantara setiap manusia dalam merayakan perayaan idul Adha. Perayaan yang biasa disebut Idul Qurban juga menjadi tantangan tersendiri bagi umat muslim di seluruh dunia untuk mengasah ke imanan dan ketaqwaanya. Dari sinilah umat muslim yang memiliki rezeki lebih akan di uji, apakah mau bersedekah qurban atau tidak?. Idul qurban jangan sampai dimaknai sebagai ajang ‘riya’ atau ‘pamer’, namun harus dimaknai sebagai kecintaan terhadap sesama saudara, dan tidak ada pembanding kelas anatara golongan yang satu dengan yang lain. Rasa kemanusiaan antara saudara dapat menjadikan setiap insan manusia saling memahami dan saling mengerti, bahwa dalam kehidupan ini perlu yang namanya kerjasama, gotong royong, dan saling membantu sama lain.

Beranjak dari hal tersebut, menjadi makna tersendiri bagi bangsa Indoenesia untuk memaknai kembali nilai nasionalimse peri kemanusiaan. Bangsa Indoenesia hadir bukan tanpa sebab, karna ini hadir dari panggilan jiwa yang di kehendaki oleh Tuhan untuk seluruh rakyat Indonesia. Satu kesatuan untuh akan persamaan dan ingin merdeka tanpa adanya penindasan maupun penghakiman manusia itulah yang di inginkan para pendiri bangsa Indonesia.

Bicara tentang nasionalisme bukan hanya tentang cinta tanah air, namun perlu di maknai nasionalisme juga dapat hadir dalam mencintai sesama  manusia. Yang artinya bangsa ini  tidak akan bisa berdiri jika tidak ada rasa saling mencintai saudara sebangsanya. Hal ini serupa dengan  perkataan bung karno bahwa Manusia merupakan makhluk masyarakat (homo socius). Karena itu, kata Bung Karno, bangsa tak dapat hidup sendiri. Bangsa hanya dapat hidup di dalam masyarakat manusia dan masyarakat bangsa-bangsa. Daulat dalam persamaan dan hubungan antara manusialah yang menjadikan setiap manusia menjadi bersatu.

Maka hal inilah yang perlu kita maknai kembali, menjadi makna jika kita saling memanusiakan manusia tanpa memandang pangkat, golongan, suku, agama dan ras. Semua hal ini dapat diwujudkan dalam perayaan hari raya Idul Adha/Qurban esok nanti.

Ditulis oleh Nurfhatulloh, Mahasiswa Praktikan Unnes

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here